Gue baru sadar, ternyata postingan terakhir, gue tulis pada saat sebelum negara api menyerang, dan Mpok Nori masih perawan.
Saat-saat ini, gue sedang disibukkan dengan kegiatan mencari pendidikan tingkat lanjut. mendapat kesempatan memilih berbagai jalan setapak berujung masa depan yang berbeda-beda. terlihat pada ujung jalan ilusi-ilusi masa depan, akankah kelak gue menjadi sarjana sukses, atau jualan somay keliling komplek.
Jadi, menurut gosip suku Maya, katanya sih gue lulus SNMPTN.
Saat-saat ini, gue sedang disibukkan dengan kegiatan mencari pendidikan tingkat lanjut. mendapat kesempatan memilih berbagai jalan setapak berujung masa depan yang berbeda-beda. terlihat pada ujung jalan ilusi-ilusi masa depan, akankah kelak gue menjadi sarjana sukses, atau jualan somay keliling komplek.
Jadi, menurut gosip suku Maya, katanya sih gue lulus SNMPTN.
katanya sih gitu |
Gue langsung datengin nyokap.
"mak liat maaakkkk!!! (dengan wajah seperti habis menang togel)"
nyokap ngeliat lalu bilang, "yah, yaudah".
nyokap ngeliat lalu bilang, "yah, yaudah".
udah, gitu doang.
Tapi lalu dia bilang, katanya sih dia cukup bangga dengan gue. sedikit melegakan hati.
Ada beberapa komentar tentang minat gue melanjutkan pendidikan ini.
beberapa waktu lalu, gue berbincang dengan guru Bahasa Indonesia di sekolah.
"Kamu mau jurusan Bahasa Indonesia?"
"iya pak"
"mau jadi guru?"
"enggak. saya gak minat jadi guru pak"
"lalu? mau jadi apa kamu?"
gue diam.
"lo pengin masuk Sastra Indonesia? yakin? emang nanti jadi apa selain guru" - salah satu teman.
"masuk Sastra Indonesa? kenapa gak masuk institut penelitian kuda poni berkelamin ganda aja?" - salah satu teman lain, dulunya waras.
"elu pengin Sastra Indonesia? elu orang Indonesia emang gak cukup udah belajar Bahasa elu sendiri?" - sepupu, mantan mahasiswa abadi.
Pertanyaan seperti yang terakhir ini nih, jadi pengin ngunyah tanah gambut.
banyak yang menganggap pelajaran Bahasa Indonesia itu gampang, karena itu adalah bahasa kita sehari-hari. Tapi, jujur, selama sekolah, jarang sekali gue mendapat nilai Bahasa Indonesia dengan sempurna, walaupun memang pelajarannya terlihat mudah, yang mungkin orang lain juga berpikir seperti itu.
hal inilah yang membuat Bahasa dan Sastra Indonesia terlihat menarik di mata gue. seperti ada rahasia terpendam yang larut dalam pelajaran ini, dan gue ingin menemukannya.
Seperti Jim Henson bilang, “If you care about what you do and work hard at it, there isn't anything you can't do if you want to.”
yang artinya: bukalah google translate.
Tapi lalu dia bilang, katanya sih dia cukup bangga dengan gue. sedikit melegakan hati.
Ada beberapa komentar tentang minat gue melanjutkan pendidikan ini.
beberapa waktu lalu, gue berbincang dengan guru Bahasa Indonesia di sekolah.
"Kamu mau jurusan Bahasa Indonesia?"
"iya pak"
"mau jadi guru?"
"enggak. saya gak minat jadi guru pak"
"lalu? mau jadi apa kamu?"
gue diam.
"lo pengin masuk Sastra Indonesia? yakin? emang nanti jadi apa selain guru" - salah satu teman.
"masuk Sastra Indonesa? kenapa gak masuk institut penelitian kuda poni berkelamin ganda aja?" - salah satu teman lain, dulunya waras.
"elu pengin Sastra Indonesia? elu orang Indonesia emang gak cukup udah belajar Bahasa elu sendiri?" - sepupu, mantan mahasiswa abadi.
Pertanyaan seperti yang terakhir ini nih, jadi pengin ngunyah tanah gambut.
banyak yang menganggap pelajaran Bahasa Indonesia itu gampang, karena itu adalah bahasa kita sehari-hari. Tapi, jujur, selama sekolah, jarang sekali gue mendapat nilai Bahasa Indonesia dengan sempurna, walaupun memang pelajarannya terlihat mudah, yang mungkin orang lain juga berpikir seperti itu.
hal inilah yang membuat Bahasa dan Sastra Indonesia terlihat menarik di mata gue. seperti ada rahasia terpendam yang larut dalam pelajaran ini, dan gue ingin menemukannya.
Seperti Jim Henson bilang, “If you care about what you do and work hard at it, there isn't anything you can't do if you want to.”
yang artinya: bukalah google translate.